Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak Babi di Ende Resah

Kompas.com - 28/04/2009, 20:50 WIB

ENDE, KOMPAS.com — Dengan merebaknya flu babi di Meksiko dan Eropa ternyata turut meresahkan peternak di Ende, salah satunya di Kebun Misi Boanawa milik tarekat Katolik, Serikat Sabda Allah, di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

"Mudah-mudahan tidak terjadi di Indonesia. Untuk menjaga kesehatan babi, kami kini lebih fokus melakukan pemeliharaan dan perawatan babi, termasuk menjaga kebersihan kandangnya," kata Pengelola Kebun Misi Boanawa Bruder Lusianus Naben SVD, Selasa (28/4) di Ende.

Menurut Bruder Lusianus, terakhir dari Dinas Pertanian dan Peternakan setempat melakukan pemeriksaan darah babi dua tahun lalu, dan hasilnya semua babi di peternakan tersebut dinyatakan dalam kondisi baik. Namun, hingga saat ini pihak dinas terkait belum melakukan lagi pemeriksaan sampel darah babi.

Sementara pengelola Kebun Misi Boanawa yang lain, Pater Alo Wuring SVD menyatakan tidak terlalu khawatir dengan flu babi karena babi yang dipelihara telah diberi vaksin kalsium dan vitamin secara rutin untuk peningkatan daya tahan tubuh babi.

"Babi di sini telah divaksin sebanyak tiga kali, yakni pada umur 4 hari, 1 bulan, dan 4 bulan. Selama ini juga belum pernah babi di sini mati karena sakit. Mudah-mudahan itu tidak terjadi," kata Pater Alo.

Ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende Muslim Rauf menyatakan, pihaknya akan melakukan sosialisasi ke masyarakat soal bahaya flu babi dan pencegahannya setelah petugas setempat mendapat pembekalan dari Dinas Peternakan NTT.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT Maria Geong mengimbau masyarakat NTT untuk tidak panik dengan flu babi sebab kasus terkait penyakit itu hingga saat ini belum pernah terjadi di Indonesia.

"Namun bagaimana pun masyarakat harus tetap waspada, dan Pemprov NTT tetap memberikan prioritas tinggi terhadap persoalan ini, sebab babi umumnya bagi masyarakat NTT memiliki nilai ekonomi yang tinggi," kata Maria.

Menurut Maria, populasi babi di NTT hingga pertengahan April ini sekitar 1,5 juta ekor, jauh lebih tinggi dari populasi sapi yang hanya berkisar 550.000 ekor. Selain itu pemotongan babi untuk memenuhi kebutuhan daging lokal di NTT sebesar 650.000 ekor per tahun, sedangkan sapi hanya 40.000 ekor per tahun.

Babi bagi masyarakat NTT juga memiliki nilai sosial yang tinggi sebab dagingnya selain digunakan untuk kepentingan acara adat, juga suplai pasar guna memenuhi kebutuhan daging lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau